Perjalananku
Dengan Gorengan
suatu hari di desa
pinggiran, di dalamnya terdapat masyarakat kecil, yang rata-rata mereka bekerja
sebagai buruh pabrik atau pun buruh tani.
dipagi hari
yang di selimuti kabut lebat, terdapat sebuah gubuk bergenting daun tebu
(welit=jawa) yang di huni oleh ibuk tua<sukarsih 65th> dan anak semata
wayangnya<ahmad 12th> yang sedang sibuk di dapur menggoreng gorengan
lompiyah dan tahu isi untuk di jual di perkotaan.
sekitar pukul
05:30 ibu sukarsih menjual kuenya ke kota untuk menghidupi keluarganya dan
membiayai sekolah anaknya yang sedang duduk di bangku sekolah dasar kelas enam.
meskipun penghasilan ibu sukarsih sangat sedikit, akan tetapi ibu sukasih meski
sudah lanjut usia tetap berusaha sekeras mungkin agar anak semata wayangnya tetap
melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi.
setahun
kemudian, ibu sukarsih meninggal dunia karena penyakit asmanya yang diderita
dan meninggalkan anaknya yang masih berumur 13th. didalam rumah tersebut
hanya tinggal ahmad seorang, hari demi
hari ahmad melakukan segala sesuatu sendirian. akan tetapi ahmad ingat dengan
pesan ibu nya sebelum meninggal ”mad, jangan sampai kamu putus sekolah nak..,”.
dengan pesan terakhir ibu nya ahmad tetap semangat untuk melanjudkan
pendidikanya.
tiga hari ahmad
tidak masuk sekolah. dimalam hari yang sunyi dengan di temani bnyi jangkrik,
ahmad duduk di kursi yang terbuat dari bambu depan rumahnya termenung karena bingung dengan apa dia bisa tetap
sekolah. karena ahmad anak yang pintar, ahmad mempunyai inisiatif untuk
berjualan gorengan sambil sekolah agar ahmad tetap bisa melanjudkan
pendidikanya.
tahun ketahun,
hari demi hari terus berjalan, ahmad berjualan sambil sekolah hingga ahmad
hampir lulus SMA. karena ahamad anak yang pandai, ahmad selalu mendapatkan biasiswa
di sekolahanya. serta uang hasil berjualan sebagian ditabung dan sebagian untuk
menyambung hidup ahmad. pada waktu itu ahmad mempunyai impian untuk menjadi
seorang dokter.
setahun
kemudian. ahmad lulus SMA, ahmad tidak melanjutkan setudinya kejenjang yang
lebih tinggi, karena ahmad tidak mempunyai biaya kuliah kedokteran untuk
menggapai impianya menjadi seorang dokter. akan tetapi ahmad tidak putus asa
untuk menggapai impianya tersebut. ahmad memutuskan untuk berjualan gorengan
dan hasilnya ditabung untuk biaya kuliah kedokteran.
suatu hari, gorengan
ahmad belum laku sedikit pun hingga siang hari gorenganya belum habis. dengan
panas terik matahari yang menyengat, ahmad terus berjualan.
suatu ketika
ahmad sampai di depan gerbang rumah yang megah, dengan rasa lelah dan haus dan
terpaksa, ahmad menekan bel tanda ada tamu untuk meminta segelas air putih.
ketika bel telah berbunyi harapan ahmad yang keluar adalah pembantunya dan
ahmad meminta air minum kepadanya. akan tetapi ketika bel berbunyi ternyata yang
keluar bukan pembantunya melainkan majikanya<nawangsari 30th>. dengan
ragu dan gemetar ahmad merasa takut untuk mengatakan tujuan awalnya. karena ahmad
merasa takut awalnya tujuan ahmad untuk minta air minum ahmad menawarkan gorengannya
kepada majikan tersebut “emm.., buk, mau beli gorengan?”(dengan wajah yang
menghadap tanah, ahmad mengatakan). majikan atau ibu nawangsari
menjawabnya”oh.., endak nak.., di rumah masih banyak..”. ahmad pun terdiam
serta merasakan haus. ibu itu pun bertanya-tanya”ada apa nak..?”, ahmad tetap
terdiam merasakan haus, berulang kali ibu nawangsari bertanya kepada ahmad,
tapi ahmad tidak menjawabnya karena takut. lama kelamaan ahmad memaksakan
dirinya untuk berkata terusterang kepada ibu tersebut. dengan rasa takut dan
gemetar, ahmad berterusterang kepada ibu tersebut “buk.., apakah saya boleh
meminta segelas air putih”. ketika itupun ibu tersebut langsung melangkah cepat
untuk mengambilkan segelas air putih untuk ahmad.
setelah menit
kemudian ibu nawangsari datang di depan ahmad dengan membawa segelas air
putih(susu) sambil berkata”ini nak air putihnya”, ahmad menjawab”loh, saya kan
minta air putih buk.., kok di beri air susu?” ibu nawangsari menjawab dengan
senyum”iya.., ini air putihnya..”, dengan tidak segan-segan ahmad segera
meminumnya. ibu nawangsari memandang wajah ahmad sambil berkata”dihabiskan
nak..”, ahmad tidak menjawab karena masih meminumnya. setelah itu ahmad
mengembalikan gelasnya dan berkata”trimakasih banyak buk..?” ibu nawangsari
menjawab sambi tersenyum”iya.. sama-sama..”. ketika ahmad melangkah pergi, ibu
nawangsari bertanya kepada ahmad” nama kamu siapa nak?” ahmad menjawab”nama
saya ahmad buk..” sambil membawa gorengan yang di jualnya.
beberapa tahun
kemudian setelah perjalanan ahmad yang begitu panjang. singkat cerita, suami
ibu nawangsari pakharto namanya yang berumur 50th jatuh sakit. pak harto
menderita penyakit jantung yang sudah lama dideritanya. pada waktu itu ibu
nawangsari membawa pak harto ke Rumahsakit Doktor Suekarno. yang dulunya ibu
nawangsari itu trkenal kaya sekarang ibu nawang sari berbalik menjadi miskin,
karena proyek suaminya bangkrut.
suatu ketika
dokter memeriksa pak harto, dokter itu terkejut dengan pasyennya, terkejutnya
dokter tersebut bukan karena penyakitnya, akan tetapi terkejud karena pasyen
tersebut adalah suami dari istri ang memberi ahmad segelas air susu ketika
ahmad kecil. kemudian dokter bertanya kepada ibu nawang sari dengan nada rendah
hati”buk.., bapak bapak kok bisa sakit jantng buk..”ibu nawang sari menjawabnya”gini
dok.., sebenarnya suami saya menderita penyakit jantung sudah lama, akan tetai
kemarin kambuh lagi, karena kaget proyeknya bangkrut”. pada waktu itu ibu
nawang sari tidak menyadari bahwa dokter yang merawat suaminya tersebut adalah
anak kecil yang diberi segelas susu
olehnya. ibu nawang sari meratapi wajah suaminya dengan kesedihan yang
dideritanya, rumah, dan mobil dll di jual untuk melunasi proyeknya.
hari demi hari
dokter merawat dengan telaten suami ibu nawang sari. akan tetapi usaha yang di
berikan kepada suami ibu nawang sari agar suaminya bisa sembuh terkalah kan
dengan takdir tuhan. pak suharto meninggal dunia, ibu nawangsari pun menangis
dan memeluk suaminya. dokter atau ahmad yang berdiri di belakang ibu nawangsari
denagn rasa berduka citanya sambil memegang pundak ibu tersebut sambil
berkata”sabar ya bu.., anda masih memiliki anak-anak yang juga sayang sama
ibu..”ibu nawangsari menjawab”saya tidak memiliki anak dok”. seketika itu pun
dokter matanya berkaca-kaca seperti mau menjatuhkan air matanya karena
mendengar cerita ibu nawangsari.
pada waktu
itu, dokter bertanya kepada ibu nawang sari”bu.. apakah ibu tidak ingat dengan
saya..?” ibu itu menjawabnya”tidak dok, ada apa dok?” dengan cucuran air mata
ibu nawang sari menjawabnya. dokter ahmad pun terdiam beberapa menit. setelah
itu dokter ahmad pun mulai menyadarkan ibu nawangsari “bu.., apakah ibu ingat
dengan anak kecil yang membawa gorengan dengan baju sekolahnya yang meminta
segelas air putih tapi di beri segelas susu” dengan bergarisnya air mata di
wajah ibu nawang sari, ibu itu menjawab dengan memandang wajah dokter
ahmad”apakah itu anda dok..?” dokter menjawab dengan tersenyum. seketika itu pun
dokter meminta kepada ibu nawangsari untuk menjadi ibu angkatnya”bu, saya ingin
ibu menjadi ibu angkat saya bu.., apakah ibu mau?” ibu nawangsari tidak
menjawab karena terkejut. berlulang kali dokter mengatakan demikian pada
akhirnya ibu nawang sari menjawabnya”mau nak..” seraya itu pun dokter ahmad
langsung memeluk ibu nawang sari dengan di antarnya air mata, dokter ahmad
sambil berkata”terimakasih banyak bu..” sambil menghadirkan ibunya ahmad di
dalam fikiran . jawab ibu nawang sari”iya nak..” sambil mengusap punggung
dokter ahmad.
waktu
demiwaktu, hari demi hari telah berlalu. dokter ahmad dengan ibu nawang sari
tinggal bersama satu rumah. akan tetapi ahmad tidak pernah melupakan
perjuanganya serta ketulusan dan keiklasan ibunya yang telah meninggal dan ibu
angkatnya, yang tinggal dengan tentram dan damai.
No comments:
Post a Comment